MEREFLEKSI SEMANGAT BARU DI TAHUN BARU

 

Oleh : Ayopri Al Jufri*

Bondowoso.Opini,kabardaerah.com 31 Desember 2017-Tahun baru adalah membuka lembaran baru dalam kalender tahunan, namun sebenarnya tahun baru bukan sekedar membuka kelander baru dalam pandangan kalangan orang tertentu, tahun baru identik dengan sebuah tradisi tahunan yang di kemas dengan perayaan dan adanya rasa bahagia dan bangga di malam pergantian tahun baru.

Tidak sedikit kita temukan diberbagai Negara seluruh dunia malam tahun baru di isi dengan pembakaran kembang api tepat pada jama 00.01 waktu setempat di akhir bulan Desember, dan di hari tahun barunya seluruh wahana wisata banyak di padati oleh wisatawan dengan tujuan mereka mengungkapkan kebahagiaan karena telah sampai pada tahun yang baru.

Sesungguhnya tahun baru merupakan hari yang sama dengan hari-hari yang lain, yang berbeda hanyalah bilangan dalam kalender menjadi baru, terkait adanya rasa kebahagiaan dari segolongan orang di tahun baru itu merupakan mengenang sejarah hitungan dalam kalender di tahun baru masing-masing, ada banyak kalender di dunia ini dan tentu juga ada banyak tahun baru yang di rayakan oleh segolongan masyarakat, kita tahu selama ini hanya ada dua tahun baru, yaitu tahu baru hijriyah secara khusus tahun baru yang dimiliki oleh Islam, sedangkan tahun baru masehi sebetulnya hanya milik Kristen (Nasrani), mungkin karena kalender masehi banyak di gunakan oleh penduduk dunia sehingga tahun baru itu identik dengan tahun baru di kalender masehi, oleh karena itu kita selayaknya mengetahui beberapa sejarah singkat tahun baru yang ada di beberapa kalender.

Perayaan tahun baru awalnya muncul di Timur Tengah, 2000 SM. Penduduk Mesopotamia merayakan pergantian tahun saat matahari tepat berada di atas katulistiwa, atau tepatnya 20 Maret. Hingga kini, Iran masih merayakan tahun baru pada tanggal 20, 21, atau 22 Maret, yang disebut Nowruz.

Untuk penanggalan Masehi, Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM. Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ke 7 SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoretis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh pada tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.
Beberapa tahun baru yang ada di dunia diantaranya :
1. Dalam kalender Baha’i, tahun baru jatuh pada tanggal 21 Maret yang disebut Naw Ruz.
2. Rosh hasanah adalah perayaan tahun baru bagi umat Yahudi. Hari tersebut jatuh sebelum tanggal 5 September pada kalender Gregorian.
3. Tahun baru Hijriyah dalam kalender Hijriyah dirayakan setiap tanggal 1 Muharam.
4. Tahun baru Tiongkok atau Imlek jatuh pada malam bulan baru pada musim dingin (antara akhir Januari hingga awal Februari).
5. Tahun baru Thailand dirayakan mulai tanggal 13 April hingga 15 April dengan upacara penyiraman air.
6. Tahun baru Jawa dalam kalender Jawa dirayakan setiap tanggal 1 Sura disebut dengan “tanggap warsa enggal siji sura” dengan menampilkan pementasan wayang kulit purwa dan festival budaya.
7. Tahun baru Vietnam disebut Tt Nguyên Đán, dirayakan pada hari yang sama dengan Imlek.
Tentu kalau kita cari tahu lebih luas ada ratusan atau bahkan ribuan tahun baru yang ada di dunia, ini bukan tanpa dasar, karena banyak agama dan kepercayaan yang ada di dunia, dan setiap agama memiliki kalender masing, dan tahun barunya berbeda-beda, di di Indonesia hanya mengenal empat tahun baru, yaitu tahun baru masehi secara umum tanggal 1 Januari, tahu baru hijriyah tepat tanggal 1 Muharram, tahun baru jawa dan tahun baru cina atau di kenal imlek, oh iya saya lupa tahun baru hindu buda di sebuh waisak maaf.

Secara nasional tahun baru yang sering di rayakan oleh mayoritas masyarakat Indonesia hanya tahun masehi, walaupun Indonesia mayoritas beragama Islam, namun tidak sedikit juga kaum muslim ikut meramaikan destinasi wisata di hari tahun baru. Itu artinya dapat kita pahami tahun baru masehi telah menjadi tahun baru nasional, sesungguhnya Islam sendiri telah memiliki tahun baru sendiri yaitu yang jatuh pada bulan muharram, namun anehnya di bulan muharram itu hanya segelintir orang yang merayakannya, yang menjadi keanehan lagi adalah, dalam semua kalender yang beredar di Indonesia yang di cetak tebal angkanya hanya tanggal masehi, sedangkan angka tanggal Hijriyah dan tanggal Jawa di cetak kecil, mungki itu yang menjadi salahsatu sebab minimnya pengetahuan umat Islam Indoensia akan tahun barunya sendiri, di lain sisi umat Islam Indonesia hanya mengetahui nama-nama bulan masehi seperti Januari hingga Desember, sedangkan nama-nama bulan Hijriyah mulai Muharram hingga Dzulhijjah jarang yang mengetahuinya, mungkin saja hanya kalangan pesantren yang mengetahui dan hafal nama-nama bulan Hijiyah.

Kembali pada persoalan merayakan tahun baru, perayaan tahun baru ramai karena adanya tradisi yang telah tertanam di kalangan masyarakat, namun dalam sebuah perayaan besar tentu ada kekuatan besar yang memulainya, kalau kita telisik pada sejarahnya, perayaan tahun baru masehi atas perintah Julius Caesar dan Kaisar Augustus, karena dua kaesar itulah yang pertama memerintahkan pembuatan kalender masehi, sama halnya dalam perayaan maulid Nabi Muhammad SAW misalnya, orang yang pertama merayakannya Sultan Salahudin Ayyubi (Saladin), perayaan besar tidak akan ada tanpa adaya keterlibatan orang besar dan berpengaruh di masyarakat. Bisa saja seorang presdien Joko Widodo (JOKOWI) selaku pressiden RI sekarang jika punya inisiatif untuk menciptakan kalender baru yang merupakan ciri khas Indonesia, misalnya Kalender Nusantara atau Kalender Nasional misalnya, dengan keputusan presiden dapat di terapkan tahun baru khusus di Indonesia, dan itu bukan hal yang mustahil jika penguasa yang berinisiatif, menginat ahli astronomi kita sudah sangat mumpuni. Tentu ungkapan ini hanyalan sebuah mimpi saja dari saya (penulis), agar kita ringan dalam memahami makna sebuah tahun baru, kita jangan terlalu hitam putih dalam memahami sesuatu, karena apa, ada yang beranggapan dari garis keras, merayakan tahun baru itu hukumnya haram dan menyerupai kafir, dan ikut-ikutan perayaan orang kafir, hanya berenang di pantai dan datang ke wiasata alam itu meyerupai kafir dari mananya? Toh walaupun bukan tahun baru kalau kita punya uang bisa kapan saja pergi rekreasi, mungkin saja kalau hari-hari biasa kurang seru karena sedikit orang, kalau di tahu baru lebih ramai, dan adanya keramaian itu bisa menjadi ajang silaturrahmi kita dengan banyak orang dari berbagai penjuru dan dari berbagai kalangan, dan adanya keramaian itu kita akan tercipa rasa kebersamaan antar anak bangsa.

Tahun baru sejatinya di pergunakan sebagai semangat baru dalam mencapai kerukunan dan kebersamaan sesama manusia, bayangkan kalau tahun baru tidak ada, mungkin warna dalam kehidpan ini kurang bermakna, kita tahu luasnya alam karena adanya momen tahun baru dengan mendatangi destinasi wisata kekayaan alam di negeri ini. Itu memang hak kita Selaku anak bangsa Indonesia yang di lahirkan di bumi yang kaya akan destinasi wisata, karena Negara ini terdiri dari pulau-pulau, gunung-gunung dan pantai-pantai yang indah.

Selamat merakan tahun baru dari saya (penulis), semoga di tahun yang baru ini kita menjadi insan yang memiliki semangat baru dalam mengabdi kepada Negara dan bangsa juga agama masing-masing.

*Penulis Alumni STAIN Jember (UIN KHAS Jember), Aktif di Lembaga Bantuan Hukum Adhikara Pancasila Indonesia (LBH API), dan Tim Hukum Media Berita Nasional Zona Post Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MANFAAT POSITIF SEBUAH PERUSAHAAN MENGGUNAKAN JASA PENGACARA (Legal Corporate atau Corporate Lawyer)

PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM SUDUT PANDANG AGAMA-AGAMA DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA

ALAT BUKTI KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH BERDASAR KUTIPAN BUKU LETTER C