WARNA POLITIK BONDOWOSO NOW

 


Oleh : Ayopri Al Jufri*

Bondowoso, Opini.Kabardaerah-Kabupaten Bondowoso merupakan kabupaten kecil di propinsi jawa timur, kabupaten ini hanya memiliki luas 1.560,10 km², terdiri dari 23 Kecamatan dan 209 Desa juga 10 Kelurahan, kabupaten ini tergolong lebih kecil di banding dengan kabupaten sekitarnya seperti Jember dan Banyuwangi, dari segi geografisnya kabupaten ini tidak di lalui oleh jalan propinsi, kabupaten ini diapit oleh empat kabupaten, selatan berbatasan dengan Jember, utara Situbodndo, timur dengan Banyuwangi sedangkan barat berbatasan dengan gunung yang menyambung ke kabupaten Probolinggo. Artinya apa secara  geografis Bondowoso ada di tengah kabupaten besar, namun bukan Bondowoso namanya kalau tidak memiliki daya tarik, Karena Bondowoso walaupun diapit oleh empat kabupaten, dia memiliki potensi besar yang banyak di lirik oleh pengusaha besar, potensi wisata alam yang sangat mempesona dan alam yang asri menyilaukan bagi siapa saja yang datang ke Bondowoso. Bondowoso memang tidak memiliki pantai, tapi potensi tanah yang subur dan dataran pegunungan yang indah mempesona menjadikan Bondowoso banyak pejabat pusat dan pengusaha besar meliriknya untuk di jadikan kota wisata.

Kalau dilihat dari letak geografis Bondowoso sepertinya sulit untk menjadikan Bondowoso sebagai kota industri, justri Bondowoso dalam pandangan penulis (saya) akan menjadi seperti kota Bogor, dimana disitu ada potensi wisata alam seperti Puncak Bogor, itu terbukti di Bondowoso sekarang bediri sekelompok masyarakat pecinta lingkungan My Trip My Adventure (MTMA) Bondowoso yang secara khusus untuk mempublikasi kekayaan alam yang ada di Bondowoso dan itu diamini oleh Dinas Pemuda dan Pariwisata Bondowoso dalam mengembangkan destinasi pariwisata Bondowoso.

Bondowoso yang kaya dan di kenal sebagai Kota Tape, dan sekarang  telah memiliki slogan baru yaitu Bondowoso Republik Kopi, tentunya akan jauh dari kata maju dan berkembang ke depan jika nantinya pemimpin Bondowoso yang akan datang tidak peka terhadap potensi alam yang kaya ini untuk di inovasikan menjadi kota besar. Hal itu bukan yang tidak mungkin, karena kekayaan seni dan budaya serta kekayaan alam Bondowoso masih sangat mumpuni untuk dikembangkan, tinggal sejauh mana pemimpin Bondowoso kedepan memiliki inovasi yang pembaharu.

Membaca peta politik kabupaten Bondowoso di ajang pemilihan kepala daeran tahun 2018 yang akan datang, kita patut bersyukur, karena dari tiga kubu yang sekarang sudah mulai mempublikasikan untuk maju memperebutkan kursi bupati Bondowoso semuanya berasal putra daerah asli Bondowoso, setelah sekian lama Bondowoso di pimpin orang pendatang, maka kesempatan tahun depan inilah merubah nasib Bondowoso, karena akan di kelola sendiri oleh putra Bondowoso asli. Calon petahana yang di sebut melanjutkan estafet kepemimpinan Amin Said Husni akan di pegang oleh Ahmad Dhafir berpasangan dengan sekretaris daerah bapak Hidayat, sedangkan kubu penantang yang dikenal selama ini kritis terhadap pemerintah daerah yaitu kubu Irwan Bahtiar, yang memilih sebagai Bondowoso dua, dia mengalah lebih memilih wakil bupati dari Kiai Salwa Arifin sebagi mejadi Bondowoso satu, sedagkan kubu penantang yang juga tidak kalah kritisnya ada putra daerah yang tergolong muda dan energik dan nama itu tergolong nama baru dalam kancah perpolitikan Bondowoso, Supriyanto sang ketua cabang partai Gerinda, dimana sebelumnya mas Supri nama sapaan dia merupakan bagian dari anggota militer yang memilih pensiun dini, kemudian terjun ke panggung politik yang menginginkan megabdi kepada masyarakat.

Tiga bakal calon bupati yang akan meramaikan pesta demokrasi Bondowoso 2018 yang akan ini, diharapkan melahirkan pemimpin Bondowoso yang akan membawa Bondowoso pada kemajuan dan menggendong kepentingan masyarakat yang berkeadilan, putra daeah asli Bondowoso juga diharapkan memiliki kecintaan yang sangat mendalam kepada daerahnya yang akan di pimpin. Sebenarnya pertarungan politik kepala daerah itu merupakan kegiatan lima tahunan sesuai dengan Undang-undang PEMILU yang berlaku, artinya hal itu adalah sebuah kegiatan politik yang sudah menjadi lumrah, dan tidak ada alasan konflik horizontal hanya karena persolana politik, bersaingan  boleh saja, namun kerukunan dan ketertiban masyarakat harus di kedepankan, justru kalau nantinya konflik, yang rugi masyarakat sendiri, beda pilihan boleh saja, namun jangan terlalu fanatik, karena politik itu sangat dinasmis dan berubah sesuai kondisiya, perlu diingat dari semua partai politik yang ada di Bondowoso dulu ketika pemilihan kepala daerah tahun 2013, semua bersatu mendukung calon bupati pasangan Amin Said Husni dengan Kiai Salwa Arifin, dan perlu diingat juga pada waktu pemilihan bupati bapak Amin periode pertama justru Kiai Salwa Arifin yang sekarang menjadi wakil bapak Amin Said Husni adalah musuh berat pada pertandingan pemilihan bupati ketika pak Amin berpasangan dengan Haris. Jadi jelas bahwa politik itu tidak ada yang abadi, seperti pepatah politik mengatakan “tidak ada kawan atau lawan yang abadi dalam politik”.

Melihat warna politik yang terjadi di Bondowoso seperti melihat miniatur Indonesia, kenapa? kita lihat dalam PILPRES tahun 2004 pasangan Susilo Bambang Yudoyono berpasangan dengan Jusuf Kalla yang berhasil menang, namun pada pilpres tahun 2009 Jusuf Kalla memilih menjadi Rival berat SBY dalam PILPRES, dimana diketahui SBY berpasangan dengan Budiono, dan Jusuf Kalla berpasangan dengan Wiranto, namun lagi-lagi yang harus kembali ke istana Negara pak SBY, sedangkan di pilpres 2014 yang lalu, justru bapak Jusuf Kalla yang kembali lagi ke istana mendampingi Joko Widodo, sangat persis dengan politik yang terjadi di Bondowoso, Kiai Salwa pernah menjadi wakil bupati dari bapak Mas’ud sewaktu pemilihan kepala daerah dipilih oleh DPRD, kemudian mencalonkan kembali sebagai bupati melawan Amin Said Husni lalu kalah, dan pada tahun 2013 beliau kembali berkantor di PEMDA Bondowoso setelah berpasangan dengan Amin Said Husni. Jadi jelas, secara politik tidak ada alasan kita terjadi koflik antar saudara hanya persoalan pilihan yang sengaja ada sandiwara dalam perbedaan pendapat dan pendapatan oleh tokoh politik yang bermain, harapan penulis PILKADA Bondowoso 2018 yang akan datang tidak ada gesekan isyu SARA yang berakibat pada retaknya kerukunan sosial.

Mari berpolitik sehat dan rukun, siap menang dan siap kalah. Bondowoso tidak akan maju, jika pertentangan dan pertengkaran terjadi hanya karena soal politik. Sangat banyak tugas kita selaku masyarakat daerah untuk mengembangkan daerah, jangan mau di kerdilkan oleh persoalan politik yang berjalan memang lumrah dalam kehidupan demokrasi. Salam damai dari penulis.

*Penulis Alumni STAIN Jember (UIN KHAS Jember), Aktif di Lembaga Bantuan Hukum Adhikara Pancasila Indonesia (LBH API), dan Tim Hukum Media Berita Nasional Zona Post Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MANFAAT POSITIF SEBUAH PERUSAHAAN MENGGUNAKAN JASA PENGACARA (Legal Corporate atau Corporate Lawyer)

PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM SUDUT PANDANG AGAMA-AGAMA DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA

ALAT BUKTI KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH BERDASAR KUTIPAN BUKU LETTER C